Minggu, 05 Agustus 2018

ALOON-ALOON MAGELANG

TURONGGO TINITIHAN SESEKARING BAWONO
Aneh ya lihat judul artikel ini? Saya juga merasa aneh ketika melihat tulisan tersebut pada sebuah ambulan jenazah di Magelang. Ini juga aneh; kenapa melihat tulisan 'aloon-aloon' pada sebuah ambulan jenazah. Karena serba aneh yang lebih dari satu, maka saya niatkan saja, hari ini saya menuju 'aloon-aloon' Magelang. Tentu di Kota Magelang. 

Saya berpikir mengapa alun-alun ditulis sedemikian rupa? Bahasa apakah itu? Jawa? Indonesia? Tampaknya bukan. Belanda? Mungkin saja, sebab ada dobel huruf 'o', pikir saya menimpa kepala. Tapi supaya tidak terjebak dalam dugaan, maka saya coba tanya pada Mbah Gugel pujaan hati saya. Siapa tahu ada pencerahan, atau paling tidak bisa meredakan tanda tanya. 

Salah satu sumber yang diambil dari http://ayobandung.com/read/2015/09/03/2401/alun-alun-sebutan-opsir-belanda-yang-tak-bisa-ingat-tempat mengatakan bahwa kata 'aloon' sebenarnya berawal dari jaman Belanda dimana para petugas pamong praja di sekitar tempat itu selalu mengatakan 'alon-alon' kepada para pemakai jalan termasuk pada para pejalan kaki. Dalam Bahasa Jawa, kata 'alon' berarti 'pelan', jadi maksud petugas jaman itu selalu mengatakan 'alon-alon' adalah supaya masyarakat berhati-hati saat melintas di tempat itu. Sebab, biasanya ditempat itu dipadati masyarakat yang mengikuti perhelatan-perhelatan besar seperti pesta rakyat, pasar malam, pentas seni dan lain sebagainya. Nah, lucunya, para opsir Belanda mendengar kata 'alon-alon' sebagai 'alun-alun' yang jika dipaksakan untuk ditulis ke dalam Bahasa Belanda akan menjadi 'aloon-aloon'.

Sementara KRT. Puspodiningrat (1984:2) dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Alun-alun mengatakan bahwa kata 'alun' berarti gelombang. Dengan demikian kata 'alun-alun' dapat kita artikan sebagai pusat gelombang atau pusaran yang menggerakkan manusia dalam samudera masyarakat. Memang di tempat itu seringkali masyarakat berkumpul dalam jumlah yang banyak, sehingga secara fisik terlihat seperti gelombang di lautan. 

Kembali ke alun-alun magelang. Akhirnya saya pun sampai di sana, sambil mengingat-ingat masa SMA saya puluhan tahun lalu, tidak begini wajahnya. Dahulu, alun-alun Magelang terkesan agak kotor dan kurang terurus, sekarang begitu lapang, terang, bersih dan lumayan nyaman. Di sebelah timur menara air PDAM sekarang terdapat pusat jajanan. Saya pun tak ketinggalan ikut meramaikan, sekedar melihat-lihat dan kalau cocok, ikut mencicipi. Ada mie ayam, kupat tahu, bakso, siomay, soto, ramesan, ada pula aneka minuman hangat dan dingin. Harganya sangat murah berkisar antara 8.ooo rupiah hingga 10 ribu rupiah. Dan yang menarik, di pusat jajanan alun-alun Magelang disediakan wifi gratis, saya pun sempat mencoba dan memang berjalan dengan baik bahkan dengan kecepatan yang cukup memadai.  

Di tengah alun-alun Magelang terdapat pohon beringin yang cukup tua. Saya rasa, dahulupun sudah ada dan sudah cukup besar waktu saya masih SMA. Jadi mungkin sudah berusia tiga puluhan tahun. Di sekitar beringin terdapat aneka mainan anak-anak seperti mobil bertenaga aki yang bisa disewa per jam dengan harga tertentu (sayang anak saya belum sempat mencoba). Ada juga persewaan sepeda kayuh anak, dan lain sebagainya. 

Pada bagian timur alun-alun Magelang terdapat patung putih Pangeran Diponegoro menunggang kuda. Sungguh gagah! Patung itu masih indah seperti dulu. Wajah si penunggang begitu memancarkan aura semangat perjuangan. Jari telunjuk mengarah ke timur, ke tempat matahari terbit. Seolah mengingatkan; akan ada harapan masa depan gilang gemilang bagi bangsa INDONESIA! Harapan itu akan selalu terbit, dan selalu membawa pembaruan. Apalagi di bulan Agustus ini, patung itu seperti kembali memantikkan semangat mengisi perjuangan.    

Yukkk, sahabat! Jika sempat, luangkan waktumu ke Magelang dan berkunjung ke aloon-aloon Magelang. Nikmatilah indah dan sejuknya aura KOTA SEJUTA BUNGA..!! 
Pusat Jajanan - wifi gratis lancar cepat..!! Wuusss...wusss....

Doeloe
Sekarang


Persewaan Mainan Anak

Aloon-aloon Magelang - enak buat jalan-jalan keluarga...
Anne & Embun dikerubuti balon he he



Kamis, 02 Agustus 2018

SYAWALAN SOWAN PAKU ALAM

Paku Alam X dan istri lenggah
Mimpi itu jadi nyata! Ceritanya begini man teman; awalnya saya sering kepingin ikut sowan di Kraton Paku Alaman, namun tidak tahu bagaimana caranya - kalau memang ada cara. 

Setiap syawal, saya mengantar anak-anak saya ke alun-alun Pakualaman yang bernama 'Sewandanan'. Di gerbang kraton yang biasanya dijaga oleh para Abdi Dalem itu, saya termangu. Bagaimana rasanya jika saya ikut masuk dan menyalami Paku Alam X? Mungkin saya akan merasa sangat bangga!

Sebenarnya saya sudah beberapa kali bertemu beliau, terutama saat wisuda sarjana/pascasarjana di kampus. Tapi kok, hasrat hati ini tetap kepengin ikut yang syawalan itu. Bedanya? Saat sawalan, Sri Paku Alam X mengenakan ageman Jawa, sedangkan saat menghadiri Upacara Wisuda beliau mengenakan baju nasional/internasional. 

Hingga tiba saatnya, ketika rekan dosen mengajak saya untuk menghadiri undangan syawalan itu. Wah, rasanya seneeeeeeeeng banget gaesss...sampai-sampai saya mau kejlungup (terjatuh ke depan) akibat bola-bali membaca undangan itu sambil jalan. Ya, salah saya sendiri, wong sudah tua kok pethakilan kaya Buto Cakil. 

--..--..--..--..--

Tibalah hari yang dinanti-nanti, tepatnya hari pertama lebaran di tahun ini, 2018. Bersama kawan-kawan berjumlah lima orang, saya datang dengan perasaan senang dan deg-degan. Bagaimana sih rasanya sowan itu? Apa yang akan saya alami di sana?

Sesampai di Kraton Paku Alaman, kami berjalan menuju meja among tamu, lalu menunjukkan undangan. "ooohhh...dari Perguruan Tinggi...njih...sebelah kiri pak..", kata petugas berbaju Jawa lengkap warna hitam. Rupanya dia adalah petugas penerima tamu. 

Sambil berjalan menuju tempat duduk yang telah ditunjuk, saya lihat beberapa pejabat keraton pun mulai rawuh. Sebagian besar berpakaian batik dan kebaya. Namun ada beberapa orang berpakaian Jawa bernuansa surjan putih, mereka duduk di sebelah kanan. Jumlahnya mungkin 20-an orang. Sungguh terlihat berwibawa dan pantes dengan balutan serba putih. Mungkin mereka ini para bupati, saya mbatin. Maunya sih saya poto, tapi kok saya malu. xixixixixi...

Di bagian depan terdapat dua dampar (kursi raja/permaisuri) masih kosong. Saya tidak mungkin kan duduk di situ. Dijamin kualat!

Saya memilih di sebelah kiri, agak maju ke arah dampar itu, kurang lebih baris ke tiga dari depan supaya tidak norak kalau saya nanti memotret makanan dsb. 

Di sekitar dampar yang kosong, beberapa orang yang sudah sepuh mulai menempatkan diri. Aura wajah mereka tampak sangat njawani, mata tajam meski cuma kriyip-kriyip, sikapnya kalem, namun penuh cahyo (aura), khas priyayi jawa sini. Mungkin mereka ini keluarga/kerabat dekat sang adipati. Mereka terlihat begitu ramah, bersalam-salaman ke kiri lalu ke kanan. Lalu duduk. Hmmm...mungkin begini jadinya syawalan di kraton tahun-tahun lalu, saat saya masih nginjen dari gerbang kraton itu. 

Dari jauh, barisan Prajurit Lombok Abang berderap-derap, melaju pelan kiri kanan kiri kanan. Usianya tak lagi muda. Badan tegap-tegap tak terlalu besar. Komandan berada paling depan, berkaus tangan putih, baju merah membuka sedikit di baguan bawah. Celanan setinggi lutut, dibalut kain batik yang diikat sabuk lapis-lapis. Pak komandan sangat gagah, kumisnya super tebal, membawa pedang terhunus. Diayun-ayun dibahunya. Sebenta-bentar sedikit membentak memberi aba-aba entah dalam bahasa apa. Tiba-tiba mereka berhenti di depan pendapa. Lalu posisi stand by

Paku Alam X hadir lalu menunduk, menghormat salam pada hadirin.
Tak lama njeng adipati hadir di pendapa, bersurjan hijau senyap, entah warna tua ataukah muda. Blangkon khas Jogja. Menebar aura, menghormat, menunduk pada para tamu. Permaisyuri di belakang, menyungging senyum mendukung kehadiran.

Senang sekali, upacara syawalan ini tanpa pidato sana-sini. Serba singkat padat. Hatiku bilang, "Saya setuju...orang jawa tak perlu banyak ba bi bu...hahahahaaa...".

Lalu tiba saat bersalaman. Njeng Adipati dan permaisuri jumeneng di dampingi para putra-putra dalem. Dimulai dari tamu di sebelah kanan, mereka maju ke depan. Tamu pertama yang bersalaman, wajahnya sering masuk koran. Bahkan tipi, lalu menerobos fesbuk, twiter dan instakram. Roy Suryo. 

Lalu makin ke belakang makin ke belakang menunggu giliran. Saya pun akhirnya bersalaman. Saya mengikuti tata cara Roy Suryo, dari jauh menyembah, lalu mendekat, sedikit menunduk, menjulurkan tangan kiri kanan dan mengucap sepatah-dua patah kata. Belum lagi saya berkata, sang Adipati mendahului, "Sugeng riyadi syawal...". Saya balas, "matur nuwun, sinuwun". Lalu ke permaisuri dan para putra dalem. "terima kasih mas!", mereka sungguh ramah.

Selesai bersalaman.

Tibalah tarian dan suguhan lain-lain. Nah....lain-lain ini justru yang bikin penasaran. Apaan sihh..??

Ouh ternyata, minuman sirup manis sedang, lalu disusul makanan pembuka sangga buana, lalu sop kembang kol, lalu lontong opor lalu es krim. Semua datang dengan sendirinya, berurutan, seperti kereta api. Ini lalu itu lalu yang lainnya. 

Setelah itu, komandan pasukan memberi aba-aba. Mungkin itu pengormatan pada komandan upacara. Sebenta kemudian sang Adipati jengkar, diikuti permaisuri, para putra dan seluruh pengiring yang hampir semua perempuan remaja. 



Lalu sop
Sirup dan Sangga Buana


Opor istimewa
Es krim

Selesai sudah. Singkat. Padat. Sarat makna.!! Jogjaku istimewa!!!  









Selasa, 31 Juli 2018

SERINDAI - KEDAI SEHANGAT SENYUM BUDHE

Kedai Kopi memang baru semarak di Jogja. Kedai-kedai yang lebih sering disebut 'Cafe' atau 'Kafe' kopi tersebut identik sebagai tempat nongkrong anak-anak muda yang mayoritas mahasiswa. Sekedar untuk minum kopi, menikmati makanan kecil dan ngobrol ngalor ngidul yang ambooyy enaknya. Sungguh memupuk selera!!!

Berbeda dengan SERINDAI, ini kedai kopi keluarga!!!

Memang tatanan ruang dan menunya tidak berbeda dengan kedai kopi pada umumnya, kecuali yang satu ini; desain khusus KEDAI KOPI KELUARGA. Apa bedanya? Tentu beda donk...lebih segar, ramah anak, lebih leluasa, lebih sehat, minim asap /bau rokok dan yang pasti suasananya hangat penuh rasa kekeluargaan. Mendatangi kedai ini serasa berkunjung ke rumah budhe!!! Superrrr...fantastik....!!! 

Menunya pun sedikit unik; di sini tersedia BUBUR LEMU, MIE AYAM WONOGIRI, dengan minuman ramah pisan seperti teh manis, es teh, lemon tea, disamping menu khas KEDAI KOPI seperti robusta, kopi papua, cold brew, vietnam drip dan lain sebagainya.

Kedai SERINDAI juga menyuguhkan makanan kecil khas dan unik bahkan terkesan legendaris karena susah didapat di toko-toko dan kedai lain, seperti kue panggang, bolu emprit, roti es dan lain sebagainya. Di sana juga tersedia kacang bawang khas Jogjakarta yang renyah dan wangi khas bawang putih. 

Desain interior SERINDAI juga sangat mengingatkan kita pada suasana ruang tamu rumah Jawa era 80-an yang sebagian besar berbahan kayu jati, furniture semi bulat-melingkar-lingkar dengan lapisan cat mengkilap kecoklatan. Saat berada di kedai, tak ubahnya seperti sedang mengunjungi rumah budhe nun di kampung yang penuh suasana hangat, ramah dan cozy.

Harga-harganya pun sangat murah dan terjangkau, dengan kisaran harga makanan antara 8 ribu hingga 15 ribu dan minuman antara 5 ribu hingga 10 ribu. Saya sekeluarga makan kenyang dan puas, cukup rogoh kocek 30 ribu saja untuk 4 orang. Waooooowwwww....

Ruang baca pun tersedia dengan koleksi buku-buku sastra karya Ananta Tur, buku bahasa Indonesia dan Inggris, sastra Jawa, dan buku-buku ekonomi/bisnis. Di sana juga tersedia buku pelajaran SD. Memang khas suasana keluarga!!!

Bagi anda yang masih keluarga muda seperti saya, kedai ini mampu menjembatani antara hasrat darah muda yang ingin nongkrong dengan hasrat tetap berkumpul dengan keluarga serta menjaga waktu berkualitas dengan anak-anak dan istri.  

Yang jelas, SERINDAI mampu memuaskan rasa rindu suasana rumah budhe yang ramah, hangat, penuh rasa kekeluargaan....duhhhh...jadi kangeeennn....

Yukkk cap cus gaes.....ke mana? SERINDAI donk....kemana lagi? wkwkwkwk... alamatnya ada di:

 Jl. Umbul Permai, Lojajar, Mgaglik, Sleman, Yogyakarta. Instagram: warung_kopi_serindai 

Memang SERINDAI-KEDAI KELUARGA

Anne dan Embun betahhhh banget...!!

Leluasa dan kids-friendly

Menu 'Super Murah-Ramah'

Snack Legendaris

Bubur LEMU

Koleksi Buku



BELI AKI - DI SINI (Recommended)

Siang ini pulang rapat dari kampus di bilangan Jl. Gejayan Yogyakarta. Ehh..tetiba inget motor saya mati akinya. Kasian istri kalau make motor sering gemes gegara klakson dan lampu sein tidak menyala. Demi keamanan dan kenyamanan bersama, maka saya niatkan untuk siang ini permasalahan aki harus segera kelar alias clear

Karena bingung dan sekaligus ada keperluan, maka mampirlah saya ke rumah teman sekaligus kuanggap saudara di daerah selatan Gembira Loka. Dipikir-pikir jauh juga dari Gejayan kok mampirnya Gembira Loka. But, it's OK. cieee....Bahasa Inggris donk...kan kerjanya ngajar Bahasa Inggris...upppss...ketauan promo....xixixiixii..

Ini gaes...toko aki di Jl. Menteri Supeno, recomended bangetlahh...!!! Telaten dan sabar. 
Info dari teman, ada toko aki bagus di daerah Jl. Menteri Supeno Yogyakarta. Ada yang tahu dimana letak jalan itu? Haahhhh...?? Gak tau..??? ckckckck...bener-bener keterlaluan....saya pun baru tahu...wuahahahahahaaa...itu tuh di daerah Tungkak (Bukan tumit loh...wkwkwk..). Ujung selatan Jl Tamansiswa, ada perempatan, lalu ke kiri, nah...itulah Jl. Menteri Supeno.

Tokonya ada di sebelah selatan jalan, dari lampu merah tungkak ke timur kurang lebih 20 meter saja, di selatan jalan...ingat yahhh...selatan jalan.....(Selatan=kidul=south). Nama toko memang tidak jelas, atau mungkin saya tidak melihatnya. 

Sampai sana, bener aja saya langsung tanya harga aki dan sebagainya. Untuk motor H**DA 125 CC harga aki di kisaran 160 ribu rupiah. But....kalau aki bekas anda tinggal, maka akan dihargai 15 ribu - 25 ribu rupiah. So, anggap aja itu adalah diskon atau potongan harganya. 

Pemiliknya saya lupa tidak tanya nama, tapi masih seumuran saya (35 - 40 tahun), ramah baik hati, tidak sombong dan senengnya; apapun yang tidak beres, seperti kabel-kabel dsb selalu dia bereskan tanpa pasang tambahan biaya. Wuaaahhh...dijamin PUAASSSSSSS....

Toko AKI yang satu ini memang sangat recommended bangetlah!!! Dijamin anda akan senang. Sayangnya memang area sekitar lampu merah sering macet, sehingga toko sering ga kelihtan tertutup padatnya kendaraan.   

Buka jam 9.00 pagi hingga jam 5.00...atau jam buka bengkel pada umumnya. Rata-rata merk yang dijual adalah G* untuk motor maupun mobil. 

Minggu, 29 Juli 2018

CANDI SAMBISARI NAN ELOK BERSERI

Hai kawan-kawan sebangsa dan setanah air Indonesia, salam jumpa lagi...

Perjalanan kali ini, kita sampai di CANDI SAMBISARI, KALASAN, YOGYAKARTA. Dari arah kota Yogyakarta ke timur, 4 KM sebelum Candi Prambanan. 

Candi Sambisari berada di cekungan
Setelah makan SOTO BATOK Kalasan, kami menyempatkan diri mampir ke candi ini. Candi Sambisari memang tidak sebesar Candi Prambanan. Candi ini sekilas tampak berada di cekungan, diduga candi ini sempat terpendam lama setelah erupsi Merapi yang dasyat ratusan tahun yang lalu. 

Candi Sambisari berada di wilayah Dukuh Sambisari, Kalasan. Candi ini awalnya ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani yang bekerja menggarap sawah milik Bapak Karyowinangun. Mungkin waktu itu, sang petani sedang mencangkul gitu ya gaes, lalu tiba-tiba 'clang..!!' cangkul nyangkut pada sebuah batu yang ternyata adalah bagian dari sebuah candi. 

Berita penemuan itu sampai ke telinga petugas kantor purbakala di Prambanan. Maka lokasi tersebut diamankan untuk keperluan rekonstruksi candi. Mungkin sang petani tersebut melapor ke pemilik tanah dan pemilik tanah melapor ke pak lurah dan sebagainya. Bisa dibayangkan, jika kejadian itu terjadi saat ini, so pasti akan jadi VIRAL di instagram dan sebagainya. Mungkin si petani pun jadi beken gara-gara selfy...wkwkwkwk....siapa tau yekan.... 

Pada tahun 1987 candi ini selesai direkonstruksi. Hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa CANDI SAMBISARI merupakan candi abad ke-9. Tua betul ya! Abad ke-9 berarti tahun delapan ratus sekian gitu ya gaes. So pasti nenek buyut saya pun belum lahir tuh! He he he hee..

Cocok untuk olahraga keluarga
CANDI SAMBISARI sangat menarik lho kawan-kawan! Ukurannya sedang, tidak terlalu besar, sangat sesuai untuk rekreasi keluarga, terutama keluarga muda yang anak-anaknya masih kecil. Selain wisata budaya, di candi ini kita bisa sekalian latihan otot jantung dan paru-paru karena kontur tanahnya yang naik turun. 

Lokasi seputar candi cukup teduh dengan pepohonan yang merata ke segala penjuru. Di kompleks candi juga disediakan beberapa gasebo kayu yang indah, cukup kokoh dan nyaman untuk digunakan oleh 8 hingga 10 orang sambil duduk menikmati pemandangan dan angin yang kadang bikin ngantuk xixixixi....

Tiket masuk sangat terjangkau kantong anak kos-kosan, cukup 5000 rupiah saja untuk wisatawan lokal dan 10.000 rupiah untuk wisatawan mancanegara. Parkir roda dua-2000 rupiah, mobil-5000 rupiah, bis-15.000 rupiah, pesawat parkir di bandara saja yaaa...wkwk.. 

Dijamin MURAH, MERIAH, SEHAT dan MEMPERKAYA WAWASAN SEJARAH..!!! 

Candi yang cantik bersudut-sudut
Anne - Embun menikmati candi



Papan Nama saja
Tertera berapa biaya masuknya

Orisinil-karcis parkir wkwk..


    

SOTO BATOK: MURAH GAK BIKIN KAPOK

Mendengar dari teman tentang SOTO BATOK memang membuat kami jadi penasaran. Kalau SOTO memang tidak asing lagi di telinga orang Jogja. Tapi kalau SOTO BATOK seperti apa jadinya? Kalian tahu BATOK kan? Bukan BATUK loh...he he he.... Iyak betul, pinter banget!!! Batok adalah cangkang kulit kelapa. Bentuknya bulat, keras dan biasanya di bagian luar ada sisa serabut. 

Anne, si kecil- Embun dan Ibunya (istri saya...cieee...)
Daripada penasaran, maka kami pergi ke daerah Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Perjalanannya asyik terutama di pagi hari antara pukul 09.00 sampai 10.00 pagi. Udara masih segar, lalu lintas belum terlalu padat. Apalagi pas hari minggu, jalan solo - yogya yang biasanya super ramai dan padat kendaraan berat, kini lengang saja nyaris tanpa hambatan.

Dari arah kota Yogyakarta, kami berjalan menuju timur ke arah Solo. Tempatnya tidak jauh kok, hanya 10 menit saja ke arah timur Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Sebelum anda melihat gapura Akademi Angkatan Udara di sebelah kanan, ambil kiri tepat di belokan dengan papan nama Candi Sambisari.

Jalan menuju utara memang lurus, alus, aspal hotmix hitam legam. Pelan tapi pasti tidak perlu ngebut ya gaes, lurus aja ikuti jalan tidak perlu belok-belok. Setelah melewati selokan Mataram,silahkan mulai kurangi kecepatan ke arah Candi Sambisari. Mengapa Candi Sambisari? Bukan soto batok? Iya, sebab soto batok letaknya tepat di utara candi itu. Bagi pengendara roda dua bisa melewati jalan tanah persis di sebelah candi, sementara bagi pengendara roda empat harus sedikit melingkar lewat kanan melewati jalan aspal utama yang tadi.  

SOTO BATOK
Tepat di sebelah utara candi, terdapat warung soto yang super ramai. Parkir motor dan mobil terlihat penuh sesak di kanan kiri jalan. Warung itu terletak di tengah kampung, atau tepatnya di tengah sawah. Jalannya masih berupa jalan tanah yang sedikit berdebu di musim kemarau. Nah, silahkan parkir di situ aman kok, ada petugas parkir yang ramah dan sangat membantu kelancaran lalu lintas sekitar. 

Warung SOTO BATOK memang terlihat sederhana, bahkan biasa saja penampilannya. Sekilas dari depan, hanya terlihat kwali soto dan beberapa tumpukan tempe goreng dan sate usus, teman setia soto yang senantiasa tersedia di wilayah Yogya. 

Di pintu masuk anda akan dibantu beberapa orang yang dengan sabar dan telaten mencatat menu pesanan anda, lalu silahkan ambil nomor meja dan segera saja menuju tempat yang anda mau.

Tempatnya cukup luas memanjang ke belakang. Ada tempat duduk berupa meja dan kursi layaknya warung soto biasa, ada pula yang berupa lesehan panggung. Untuk anak-anak disediakan beberapa ayunan untuk menghilangkan penat perjalanan. 

Setelah 5 menit, makanan dan minuman yang anda pesan segera datang. Ada soto beserta kripik tempe ukuran mini, beberapa tusuk usus ayam bacem dan minuman. hmmm... sungguh nikmat disantap, terlebih lagi disuguhi pemandangan sawah dan pohon-pohon cabai yang hijau asri. Sungguh berasa di langit ketujuh gaes....ha ha ha...

Pulang dari sana, jangan khawatir, kantong tak terkuras, sebab harga-harga masih ramah, soto cukup lima ribu saja, soto pisah cuma tujuh ribu, aneka minuman ada di kisaran dua ribu hingga tiga ribuan, sate dan kripik tempe gak lebih dari tiga ribu. Kenyang, puas, dan tenang karena dompet tidak keroncongan. Tinggal siapkan uang parkir roda dua - seribu, roda empat - tiga ribu. Udah deh...nikmat mana yang kau dustakan...

Ayookk gaess,...cobain segernya SOTO BATOK KALASAN....gak rugi dan gak bikin kapok..!!


Anne, anakku yang pertama, sedang memandang pohon cabai yang buahnya melambai-lambai




  

Sabtu, 08 Juli 2017

Ketoprak Tunanetra (A Drama by the low vision - persons)

Hari menjelang malam, matahari baru saja tenggelam. Syukur, satu hari terlewati.

Petang itu di sebuah kampung, hiruk pikuk orang berkumpul. Membawa selimut dan sarung duduk melingkar di depan gedung. 

Semaki Kulon, begitu nama dusun disebutkan. Pak Lurah datang memberi sambutan, sebentar lagi pentas ketoprak akan segera berjalan. 

Bukan ketoprak biasa, melainkan semua pemain adalah tunanetra.  Penonton bersorak gembira, berdegup hati bertanya-tanya; akan seperti apa jadinya.

Gamelan berbunyi, sinden pun bernyanyi. Satu demi satu pemain keluar membawa gerak yang membawa kelakar. 

Oh mereka bukan pemain biasa, mata melihat hanya sayup-sayup saja. Sering kali kejadian, mereka lari namun berbeda tujuan.

The day before evening, the sun had just sunk. Gratitude, one day had passed.

That afternoon in a village, the hustle and bustle of people gathered. Bring a quilted blanket and sarong they sat around the front yard.

Semaki Kulon, so the name of the village is mentioned. The Lurah came to give a speech, soon ketoprak will soon be running on the stage.

Not the usual ketoprak, but all the players are blind. The crowd cheered, pounding in wonder; what will it be like to happen.

The gamelan sounded, the sinden sang. One by one the players came out and run with a joke.Oh they are not ordinary players, their eyes just look fainted. Often times, they walk but to a different aim as they want.